SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Senin, 24 Oktober 2005

Teori-teori dan Konseptualisasi

Tugas II

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen : Prof. Dr. T. Fatima Djajasudarma, Drs.

Teori-teori dan Konseptualisasi



Maqbul Halim

L2G04026

BKU KOMUNIKASI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG 2005


Tugas II

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen : Prof. Dr. T. Fatima Djajasudarma, Drs.

Materi Tugas:

Buatlah persepsi dari Teori Bidang Ilmu yang menyangkut suatu obyek penelitian. Kritik terhadap 3 – 5 buah teori yang anda ketahui. Dalam hal ini, anda akan menghasilkan persepsi yang kemudian menjadi konsep.

Jenis Komunikasi:

1. Komunikasi Massa

2. Komunikasi Organisasi

3. Komunikasi Interpersonal

4. Komunikasi Kelompok

Perspektif Komunikasi Manusia:

1. Perspektif Mekanistis

2. Perspektif Psikologis

3. Perspektif Interaksional

4. Perspektif Pragmatis


Teori-teori dan Konseptualisasi

(Perspektif Pragmatis)

Perspektif pragmatisme dalam ilmu komunikasi manusia merupakan perspektif yang relatif baru ketimbang perspektif lainnya, yakni: Perspektif Mekanistis, Perspektif Psikologis, dan Perspektif Interaksional. Perspektif pragmatik dalam ilmu komunikasi manusia berpusat pada perilaku komunikator sebagai komponen fundamental komunikasi manusia. Komunikasi manusia dan perilaku manusia sesungguhnya sama (sinonim). Perspektif ini telah mengembangkan teori sistem umum yang telah menjadi dasar pijakan perspektif ini. Teori sistem umum dianggap tidak cukup menjelaskan prinsip-prinsip pragmatik, makan teori sistem lalu menuntut dikembangkannya teori informasi—pendekatan komunikasi yang bersifat kuasi mekanistis tambahan dari teori sistem umum.

Untuk sementra, sebelum memasuki teori informasi, terlebih dahulu akan diuraikan singkat mengenai teori sistem umum.

Teori Sistem Umum

Prinsip-prinsip dasar yang telah dikembangkan dalam teori sistem umum memiliki sifat yang menyeluruh yang mencerminkan beberapa aksiomatis pokok.

  1. Prinsip Ketidakmungkinan Dijumlahkan (Nonsummativity)

Prinsip ini menunjukkan adanya totalitas komponen-kompenen. Sistem dipandang sebagai totalitas. Penekanan arti sistem adalah adanya hubungan antara komponen-komponen yang menunjukkan identitasnya. Bila komponen-komponen itu tidak behubungan (yang hanya dapat dijumlah), berarti bukan sistem.

  1. Struktur, Fungsi dan Evolusi

Struktur: hubungan-hubungan spasial di antara komponen-kompnen

Fungsi: hubungan-hubungan komponen (komponen lebih sebagai peristiwa ketimbang obyek) yang berorientasi waktu.

Evolusi: perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan komponen-komponen yang sifatnya sturktural dan fungsional.

  1. Prinsip Keterbukaan.

Karakteristiknya adalah adanya pertukaran energi atau informasi antara sistem yang terbuka dengan lingkungannya.

  1. Organisasi Hirarki

Susunan peringkat komponen yang hubungannya koordinat dan atau ordinat. Contoh: Alamat, nomor rumah, RT, RW, nama jalan, kelurahan/desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara, benua, planet bumi, alam semesta, tatasurya.

Teori Infomasi

Pendekatan matematis dan mekanistis tentang komunikasi menyandang nama teori informasi., yang secara filosofis berasal daru Norbert Wiener dan secara sibernetis dan statis dari teori kounikasi yang matematis dari Shannon dan Weaver (1949). Meskipun filsafat mekanistis teori informasi tidak begitu penting atau bahkan relevan dengan perspektif pragmatis, funsionalisasi informasi merupakan hal yang sentral. Informasilah yang menggerakkan sistem sosial itu dan melestarikannya. Informasilah yang dipertukarkan di antara subsistem, sistem, dan suprasistem, sesuai dengan prinsip keterbukaan.

“Bahan adukan beton” yang mengikat sistem fisik menjadi kesatuan adalah energi; bagi sistem sosial maka informasi merupakan energi. Hubungan-hubungan struktural dan fungsional di antara komponen-komponen menyatakan adanya informasi. Apabila komunikasi terjadi dalam sistem sosial, maka individu terlibat dalam pengolahan informasi. Prasyarat bagi pembahasan komunikasi secara pragmatis adalah adanya pemahaman menyeluruh tentang hakikat informasi itu. Teori informasi memberikan salah satu cara untuk memperoleh pemahaman itu.

Informasi ini dengan segala sifat dan bentuknya memungkinkan manusia berhubungan dengan dunia di luar dirinya. Lebih dari itu, melalui informasi juga memungkinkan terjalinnya hubungan antara berbagai sistem dengan sistem lainnya, atau antara sistem dan subsistem dalam konteks sosial. Beberapa pandangan (persepsi) pokok mengenai teori informasi:

  1. Pilihan dan Ketidakpastian

Informasi menurut teori informasi eksis dalam bentuk jumlah. Manusia dalam teori ini dipandang aktif dalam sistem sosial. Aktif dalam arti bahwa manusia sebagai unsur dalam sistem sosial berperan secara aktif melakukan pilihan-pilihan dari populasi selama interaksi sosial berlangsung. Memilih adalah salah satu karakteristik yang memisahkan manusia sebagai suatu spesies yang unik di antara dunia hewan. Manusia melakukan pemilihan terhadap populasi informasi yang eksis secara kuantitatif itu. Tujuan pilihan ini adalah mengurangi jumlah ketidakpastian. Proses mencari dan menggunakan informasi untuk mengurangi ketidakpastian merupakan karakteristik komunikasi manusia yang alamiah, tidak terelakkan meskipun tidak dijalankan secara sadar.

  1. Redudansi dan Kendala

Teori informasi menentukan bahwa penyesuaian yang lampau suatu sistem mempengaruhi masa kini sehingga prilaku pengolahan-informasi cenderung untuk berulang sepanjang waktu dalam pola uji coba. Apabila urutan perilaku atau peristiwa tertentu terjadi berulangkali, maka urutan itu dapat dikatakan memerlihatkan keteraturan kejadian pada tingkat atau probabilitas tertentu. Apabila tingkat urutan itu mencapai probabilitas yang cukup, kita dapat dapat membedakan urutan itu sebagai suatu “pola” yang dapat dikenal. Teori informasi memandang bahwa makin redudan suatu urutan peristiwa, makin berkurang ketidakpastian yang dikandung peristiwa itu.

Perspektif pragmatik tidak memandang perilaku manusia sebagai produk atau efek tindakan komunikatif, melainkan sama. Pandang inilah juga yang menyebabkan adanya diskrepansi (kesenjangan) antara perpspektif psikologis dan perspektif pragmatisme. Titik pandang yang menimbulkan kesenjangan adalah kesenjangan antara sikap dan perilaku individu dalam komunikasi manusia. Tetapi hal ini tidak ditemukan di dalam perspektif pragmatik karena memang perspektif ini hanya berfokus pada sistem sosial. Fokus perspektif pragmatik tidak terjun ke hirarki terbawah dan melakukan penelitian mikroskops; yakni, fokusnya tidak pada individu sebagai perorangan akan tetapi pada sistem sosialnya—minimal terdiri dari dua orang atau lebih. Dengan memusatkan perhatian pada tingkat sistem sosial, maka sub-sistem yang terkecil adalah individu. Namun demikian bahwa sikap dan perilaku merupakan subsistem individu itu sendiri, tetap saja perspektif pragmatik tidak berfokus ke sana.

Berikut akan kita lihat bagaimana teori sistem umum dan teori informasi bekerja secara konseptual dalam penelitian ilmu komunikasi. Karena perspektif pragmatis memandang komunikasi manusia sebagai sistem yang memerlukan eksistensi sistem sosial yang di dalamnya teradi komunikasi manusia, maka persepsi kita tentang komunikasi betul-betul fokus hanya pada aktivitas komunikasi manusia. Konseptualisasinya adalah komunikasi sebagai aktivitas manusia.

Dengan demikian menjadi jelas bahwa komunikasi berbeda dengan piranti keras komunikasi seperti alat telekomunikasi atau media massa. Yang disebut terakhir ini hanya instrumen komunikasi manusia dan bukan merupakan bagian integral studi komunikasi manusia. Jadi, aktivitas manusialah yang memiliki peran aktif dalam sistem sosial, bukan alat-alat komunikasi itu. Hal ini berarti bahwa dalam sistem sosial itu, konseptualisasi komunikasi memusatkan perhatian pada pengolahan informasi pada tingkat sistem dan tidak pada subsistem (individu).

Selain konseptualisasi komunikasi manusia secara sistem sosial, koseptualisasi itu juga berlangsung secara perilaku (perilaku yang bukan subsistem individu). Fokusnya adalah organisasi hirarki sistem memainkan peranan. Terdapat tiga tingkatan sistemik dalam hal ini, yakni subsistem, sistem, dan suprasistem.

Yang terakhir dari konseptualisasi ini adalah pola-pola interaksi yang berurutan. Urutan aktivitas komunikasi manusia (antara partisipan) menunjukkan pengelompokan unsur-unsur ke dalam pola yang telah dikenal atau dapat dikenal. Tanpa adanya pola itu, struktur interaksi tidak dapat dikenal.

Sumber:

Fisher, B. Aubrey, 1986, Teori-teori Komunikasi. Penyunting: Jalaluddin Rakhmat, Penerjemah: Soejono Trimo. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Dedy, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Selengkapnya >>

follow me @maqbulhalim