SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Selasa, 24 Juli 2007

Penyusunan Laporan Investigasi

Oleh Maqbul Halim

Penulisan laporan investigasi sesungguhnya adalah sebuah kisah. Ia suatu kisah yang berbicara kepada pembaca/pendengar, ia menceritakan seperti seseorang berkisah tentang prestasi heroiknya dalam suatu peristiwa. Pelaporan investigasi adalah upaya menyusun temuan-temuan fakta ke dalam pengisahan. Oleh karena itu, laporan investigasi tentang suatu hal membawa pendengar/pembaca/penonton (publik) ke suatu dunia yang sama sekali lain dari pengetahuan/wawasan mereka secara reguler.




Laporan hasil investigasi, karena itu, tentu berbeda dengan jenis laporan jurnalisme lainnya seperti hot-news, stright news, feature news, deepth reporting, dan seterusnya. Meski demikian, penyajian laporan jurnalisme investigasi juga menyerupai feature news. Juga tetap bertumpu pada unsur-unsur jurnalisme lazim: apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana.


Laporan investigasi tidak berorientasi kepada kecepatan dan respon reaktif, melainkan akurasi dan kompleksitas masalah. Suatu laporan investigasi yang belum mencapai standar proper to publish, terkadang membutuhkan pendalaman dan verifikasi kembali dengan cara riset, survei, wawancara, komparasi antar dokumen, konfirmasi dokumen pada otoritanya, konfirmasi kepada ahli (bukan pakar) dan sebagainya. Hal ini diperlukan agar pokok laporan mengandung penguatan fakta. Penulisan laporan investigasi dalam bentuk laporan jurnalisme, dengan demikian, kerap membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

Yang diharapkan dalam laporan investigasi adalah:

  • Merangkai berbagai peristiwa dan fakta yang tercerai-berai atau seakan tidak saling berhubungan menjadi sesuatu yang utuh dan merupakan suatu rangkaian logis,
  • Menghubungkan suatu unit dengan dengan unit lainnya berdasarkan fakta-fakta yang memiliki fungsi korelator,
  • Laporan investigasi membuat suatu permasalahan menjadi jelas dan terang,Menunjukkan adanya fokus pada subyek permasalahan yang dikelilingi oleh obyek, dimana keduanya berada dalam lingkaran permasalahan yang dilaporkan.

Pelaporan Investigasi tetap memakai dasar pelaporan yang biasa dikerjakan kalangan jurnalis. Yakni: Awal (leads), tengah/tubuh (middles/body), dan akhir/penutup (endings). Struktur laporan umumnya digunakan untuk kegiatan investigasi dalam skala kecil dan sederhana, dan dikerjakan oleh tim yang kecil pula.


Leads/Pengantar

  • Descriptive Leads
  • Narraive Leads
  • Anecdotal Leads

Ketiga jenis pembuka ini biasanya digunakan oleh jurnalis sekaligus bila hendak menfokuskan laporannya pada sosok tokoh atau kelompok. Pembuka biasanya berfungsi sebagai trigger bagi pembaca/pendengar/penonton sehingga mereka mendapatkan gambaran tentang apa yang akan dikisahkan oleh laporan ini.

Dalam menyusun suatu pembuka, kita juga bisa meniru gaya yang disebut Teknik Murray dengan nama 30 Questions. Pertanyaan tersebut antara lain:

  • Apakah yang diperlukan pembaca untuk segera mengetahui;
  • Apa yang mengejutkan saya seusai saya mereportase kisah tersebut;
  • Dimana letak konfliknya;
  • Apa yang mesti dinyatakan dalam kisah;
  • Apa sudut pandang (point of view) yang tepat bila hendak menceritakan suatu kisah;
  • Dapatkan esensi masalah tersebut dikemas menjadi anekdot, imaji, metapor, kutipan, dan sebagainya.


Contoh Pembuka Anekdot

Dalam dokumen operasi polisi kehutanan, selama lima tahun terakhir, hanya ada dua kasus illegal loging yang diproses secara hukum, satu di antaranya dilimpahkan ke pengadilan namun akhirnya divonis bebas (inkra). Data dari Dinas Kehutanan menunjukkan adanya laju kerusakan kawasan hutan akibat illegal loging yang mencapai 60 persen dalam lima tahun terakhir. Keadaan ini menyulitkan untuk memahami apa saja kerja polisi kehutanan selama lima tahun itu. Rasio persentase lahan yang diawasi oleh setiap personel polisi kehutanan yang ada adalah kurang lebih tiga persen. Dari perangkat dan peralatan operasional yang mereka miliki, hanya jin yang berkeliaran di hutan yang tidak mampu ditangkap.

Kita mungkin juga sulit memahami, mengapa mobil-mobil patroli hutan itu lebih banyak berkeliaran dan berdomisili di kawasan kota. Mungkinkan illegal loging itu terjadi di kawasan kota yang nyaris tanpa berhias pohon-pohon?

Tubuh (middles/body)

  • Aktor adalah sisi paling penting dalam suatu masalah. Aktor yang dimaksud berupa perseorangan, kelompok, komunitas, suatu otorita kelembagaan, dan seterusnya. Dasar penokohan dalam hal ini adalah potensinya dalam mengambil tindakan, menjatuhkan pilihan-pilihan, memberi penilaian-penilaian, membangun argumen, dan merespon. Sebaiknya dipastikan bahwa tokoh tersebut merupakan titik sumbu yang mempengaruhi permasalahan/peristiwa (subject to story).

  • Cobalah anda menceritakan suatu prahara tanpa kisah manusia di dalamnya. Misalnya, kisah lenyapnya binatang dinosaurus ketika planet Mars ditabrak oleh meteor raksasa pada ratusan ribu tahun silam. Bandingkan kisah tersebut dengan kisah, misalnya, lenyapnya kehidupan warga akibat pencemaran teluk buyat. Manusia dengan segala permasalahannya menjadi poros utama pada setiap pengisahan hasil-hasil investigasi. Bandingkan juga peristiwa gempa di bulan dengan meledaknya stasiun bumi di Manado yang menewaskan empat orang pegawainya dan melumpuhkan jalur komunikasi di kota itu selama sepekan.

Kisah meteor raksasa yang menabrak planet Mars dan gempa di bulan menjadi tidak penting karena tidak terkait dengan eksistensi manusia, yakni kehidupanya. Sebaliknya, pencemaran teluk buyat dan meledaknya stasiun bumi menjadi penting untuk dikisahkan karena menyentuh sisi kehidupan manusia. Letak subtansi yang terakhir ini adalah adanya unsur-unsur tindakan aktor sebagai jiwa permasalahan.

  • Isi suatu peristiwa adalah tindakan-tindakan. Tindakan yang penting adalah tindakan para aktor dari karakter utama permasalahan. Pengisahan tindakan ini menyerupai suatu plot dalam kisah-kisah novel atau roman. Pengisahan melalui adegan-adegan menjadi penting karena permasalahan ditunjukkan oleh seluk-beluk peristiwanya.

  • Pada awal perancangan proposal liputan investigasi, berdasarkan fokus permasalahan, beberapa bagian dari permasalahan itu juga telah ditetapkan ke dalam berbagai kategori dan klasifikasi. Dalam pelaporan investigasi yang menggunakan metode Litrary Journalism, dengan demikian, kita juga telah mengoleksi berbagai adegan (bagian-bagian kisah), yang sebagian tidak dapat langsung digambarkan secara berkesinambungan menuju kisah berikutnya. Seringkali ada bagian-bagian yang telah teridentifikasi kategori-kategori dan klasifikasinya namun belum runtut atau belum menjadi mata rantai bagi bagian kisah yang lain.

DI sinilah dibutuhkan transisi yang menjadi alat perekat yang berfungsi merekatkan antara satu kalimat dengan kalimat lainya atau dari satu prafraf ke prafraf lainnya. Transisi membuat semua penceritaan menjadi jelas logikanya.

  • Perangkat penulisan lain yang diperlukan untuk pelaporan hasil investigasi adalah majas-majas, seperti majas metapora, persamaan. Metapora, misalnya, mengambarkan kedustaan wakil rakyat dengan kedustaan pada Tuhan karena suara rakyat adalah suara Tuhan. Majas persamaan seperti mempersamakan koruptor dengan tikus.

  • Dalam tubuh laporan investigasi, sedapat mungkin alur laporan mengeksploitasi titik-titik dramatis persoalan (bukan mendramatisasi), memetakan kontroversi-kontroversi di dalamnya.

  • Dalam penyusunan tubuh laporan, diperlukan aktor yang dapat dikompilasi menjadi pokok dan sosok. Pokok adalah riwayat atau risalah tokoh yang bersangkutan. Kita bisa bercerita tentang orang tersebut dengan tangannya yang dingin menangani masalah citra suatu lembaga atau perusahaan sebagai penghancur lingkungan hidup, hingga suatu ketika perusahaan tersebut menjadi bagian dari gerak hidup sosial masyarakat yang berkepentingan secara langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan ditangani orang tersebut.

Penutup (Ending)

  • Bagian akhir laporan investigasi umumnya hanya menyajikan kisah kepada publik kisah-kisah. Mengenai bagian mana yang penting dan apa kesimpulannya (judgment) , diserahkan sepenuhnya kepada publik.
  • Kerap pula, bagian akhir laporan investigasi berbentuk epilog manakala peristiwa yang dikisahkan itu memiliki titik kulminasi (flash-back) yang menyerupai puncak gunung es.
  • Suatu akhir, sebaiknya betul-betul mengakhiri kisah ibarat kematian di ujung kehidupan seorang jawara sejati

Contoh Laporan Investigasi yang mengalihkan:

Masyarakat umumnya menerima suatu suatu yang masuk akal mengenai pembangunan jalan lingkar (ring road) di suatu kota. Asumsi-asumsi yang mereka miliki adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terdongkrak melebihi standar pertumbuhan lazim. Berbagai sentra industri dan perkebunan akan terintegrasi yang juga secara tidak langsung berarti menekan biaya produksi barang dan jasa. Pembangunan jalan lingkar itu juga menyerap tenaga kerja yang banyak, sekaligu ikut menggerakkan sektor ril.

Laporan Investigasi yang menegasikan:

  • Proyek itu tidak diperlukan dengan alasan komponen-komponen penggerak ekonomi yang masih butuh waktu 20 tahun untuk mencapai situasi itu. Fokusnya adalah pemborosan.

  • Proyek itu didanai dengan utang luar negeri, sementara utang luar negeri kian memberatkan APBN-APBD. Fokusnya: Pendapatan untuk bayar bunga utang, bukan untuk pembangunan infrastruktur lainnya.

  • Proyek itu diusulkan dan digolkan oleh salah partai atas dukungan finansial dari pengusaha atau perusahaan yang menyumbang kepada partai itu untuk kampanye pemilu legislatif atau kampanye pemilihan gubernur/walikota/bupati. Fokusnya: Kolusi

  • Jalan lingkar itu secara nyata melenyapkan sebagian kawasan hutan dan merusak sumber-sumber air. Fokusnya: tidak lulusa amdal.

Mempersiapkan Penulisan

(Itule-Anderson)

  1. pemakaian akumulasi fakta berdasar hasil pelaksanaan riset yang teliti dan ekstensif. Kuat dan lemahnya isi laporan investigatif yang dibuat, kerap tergantung dari proses pencarian data dan keterangan yang dikerjakan di dalam riset. Pelbagai tempat informasi, yang mesti dijelajahi, di antaranya, ialah perpustakaan umum, dokumentasi media massa, serta berbagai tempat lain yang menyediakan pelbagai catatan dan dokumen publik.
  2. Mempergunakan keterangan-keterangan yang didapat dari proses wawancara, dengan arah pertanyaan yang telah dipersiapkan ke arah materi investigasi yang hendak dilaporkan. Rancangan pertanyaan, misalnya, diarahkan kepada jawaban-jawaban yang dapat menguatkan topik dan materi tulisan. Proses wawancara melibatkan pekerjaan mengurut sumber-sumber informasi dari pihak yang paling tidak penting sampai menjadi kunci keterangan yang dibutuhkan. Bekerjalah dari pemain yang tidak penting sampai pada pemain yang terpenting akan membuat proses wawancara bagi orang yang berada di tengah lingkaran jauh lebih mudah.
  3. Segala keterangan telah dikonfirmasikan kepada narasumber. Hal ini berarti pengecekan berulang kalikepada sumber-sumber yang informasinya menjadi dasar materi liputan. Untuk itu, bicaralah pada sebanyak mungkin sumber. Konfirmasikan selalu informasi yang penting, paling tidak sebanyak dua kali, atau lebih jika memungkinkan. Jangan menggantungkan diri hanya pada satu sumber.
  4. Memperhitungkan kerangka, atau konteks terkait dengan materi, melalui pelbagai keterangan yang didapat dari sumber-sumber off the record. Hal itu diperlukan guna menjaring pemahaman akan isi liputan yang memiliki banyak segi keterhubunganya dnegan pelbagai soal di masyarakat. Untuk itu, bila memungkinkan, segala keterangan dari sumber tanpa atribut jati diri ini dapat direkam. Jika mereka masih juga menolak, tanyak apakah mereka mengetahui sebuah sumber yang bersedia direkam.
  5. Melakukan pemilihan jenis lead yang tepat. Jenis lead ringkasan, misalnya, umumnya dipakai untuk sebuah kisah investigatif yang hendak dilaporkan secara langsung. Jenis-jenis lead naratif, kontras, direct question, atau lainnya, biasanya dipakai untuk pelaporan kisah yang tidak langsung diungkapkan materi utama kejadiannya.
  6. Pemakaian pragraf-pragraf berpeluru, yang membantu meringkas pemahaman khalayak, untuk awal sebuah laporan kisah investigatif yang penting. Hal ini akan memudahkan khalayak untuk langsung mendapatkan unsur-unsur penting dari pelaporan.
  7. Dimensi humor dan ilustratif kerap dapat menarik emosi khalayak untuk terus mengikuti uraian wartawan.
  8. Membuat jalinan pengisahan yang kuat dengan mempergunakan benang pengisahan yang telah diperhitungkan efektivitas kekuatan daya tariknya. Misalnya, memulai pengisahan melalui pelbagai tokoh (berita), atau melalui rincian kejadian yang dramatis, untuk akhirnya dikaitkan dengan topik dan materoi investigasi yang hendak diungkapkan.
  9. Ketika materi liputan hendak dilaporkan secara serial, berbagai hal telah dipertimbangkan. Misalnya, dengan membagi pengisahan ke dalam subyek-subyek utama dan subyek-subyek tambahan (sidebar), serta memakai daya tarik foto-foto, gambar lain, dan grafik informatif.
  10. Bila dipertimbangkan cukup efektif daya persuasinya, bentukan gaya penulisan melalui pelaporan Orang Pertama (first-person) bisa dimanfaatkan. Cara penulisan seperti ini biasanya akan melibatkan topik-topik yang bersifat pribadi, personal, atau privasi. Untuk memutuskannya, diskusi dengan editor atau pimpinan liputan merupakan jalan mendapatkan kepastian efektivitasnya.

*) Disampaikan sebagai hand-out pada Pelatihan Liputan Investigasi Masalah-masalah Lingkungan dan PSDA, diselenggarakan oleh Yayasan Lestari Manado, di Kota Kotamobagu, Kab. Bolaang Mongondo pada 17 – 22 Juli 2007.

**) Penulis: Direktur eLSIM Makassar.


Tidak ada komentar:

follow me @maqbulhalim