SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Jumat, 30 November 2007

KPUD Baru Bakal Kawal Pilwali Makassar

MAKASSAR, BKM--Anggota Komisi Peilihan Umum Daerah (KPUD) Kota Makassar yang baru bakal mengawal Pemilu Walikota (Pilwali) Makassar, Oktober atau Desember 2008 mendatang.

Itu bisa terjadi jika anggota KPU yang ada saat ini tidak diperpanjang masa tugasnya. Pasalnya, sesuai dengan waktu masa tugasnya, anggota KPUD Makassar yang kini dipimpin oleh Zulkifli Gani Ottoh, berakhir masa tugasnya pada tanggal 22 Juni 2008.


Jika mengikuti ketentuan dalam PP No. 6/2005 di mana daerah yang masa jabatan kepala daerahnya jatuh pada April atau Mei 2009, harus mempercepat pemilihan kepala daerahnya agar tidak bertepatan dengan Pemilu Legislatif atau Pemilu Presiden pada April 2009, maka Pemilu Walikota Makassar akan jatuh pada Desember 2008. Masa jabatan Walikota dan Wakil Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin - Herry Iskandar, sendiri seharunya berakhir pada 8 Mei 2009 nanti.

"Jika ketentuan itu yang diikuti, maka KPUD baru akan mengawal pemilhan walikota nanti," kata anggota KPUD Kota Makassar, Maqbul Halim, Selasa (27/11) kemarin. Maqbul menghitung, jika Pilwali digelar Desember, maka proses Pilwali akan dimulai pada Agustus 2008. Artinya, saat itu KPUD sekarang sudah berganti karena masa tugasnya berakhir pada akhir Juni 2008.

Namun, menurut Maqbul, itu bukan ketentuan pasti karena adanya faktor lain yang bisa mempengaruhi. Ia menyatakan, bisa jadi pula KPUD sekarang diperpanjang masa tugasnya dan diberi kesempatan untuk mengawal Pilwali jika kemudian calon independen diakomodir. "Jika calon independen diakomodir dengan ditetapkannya oleh DPR sebelum proses pilkada Makassar, maka dimungkikan masa tugas kami diperpanjang. Ini mesti terjadi karena jika ada calon indepnden, maka pilwali mesti dilakukan Oktober untuk mengantisiaspasi adanya dua putaran pemilihan," katanya. Dua putaran dimungkikan karean jika calon independen diakomodir maka diprediksi banyak calon yang akan muncul. "Ketentuannnya, jika tidak ada calon yang mencapai perolehan suara 25 persen, maka mesti ada putaran kedua. Diyakini, jika calon lebih dari empat, maka dua putaran akan terjadi. Itulah mengawapa pilwali dilakukan Oktober agar tidak terlalu mepet dengan Pemilu jika mesti ada putaran kedua," jelasnya.

UU No. 22/2007 di aturan peralihan memang menyebutkan bahwa jika masa tugas anggota KPUD berakhir pada saat proses Pilkada dilakukan maka masa tugasnya bisa diperpanjang hingga empat bulan setelah selesainya pelantikan kepala daerah. "Jadi, kita tunggu saja apa bisa calon independen ini bisa diakomodir atau tidak," tukasnya. (Mal)

Sumber: Berita KOta Makassar Edisi 28 Nopember 2007.
Selengkapnya >>

Selasa, 27 November 2007

Tidak Dipercaya, Tidak Realistis

Oleh Maqbul Halim

Di Asrama Menteng nomor 31 tanggal 16 Agustus 1945, Syahrir, Chairul Saleh, Adam Malik dan AM Hanafi menggeliat seperti cacing kegerahan. Mereka gelisah dan cemas. Karena saat itu momen merdeka telah tersaji. Tetapi Bung Soekarno dan Hatta masih mempelajari situasi. Lantaran itu, kedua orang ini dianggap lamban, dan mungkin kedua orang ini adalah antek-antek Jepang. Sementara mereka yang cemas dan gelisah sangat yakin bahwa kesempatan tidak datang dua kali, dan kesempatan hanya mampir pada orang-orang yang siap.


Kesempatan itu telah datang untuk Indonesia, dan orang Indonesia dianggap telah siap. Mereka mendengar bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu? Maka, nyatalah perbedaan pendapat antara Pemuda dan Soekarno-Hatta. Buntutnya, kedua orang ini pun diculik-evakuasi ke Rengas Dengklok oleh Pemuda yang tengah dirundung kegelisahan dan cemas itu.

Sekali seorang mempersepsi diri “muda”, dia mungkin dengan sendirinya gelisah dan cemas. Bayang-bayang orang tua dilihat sebagai aral dan kalangan muda selalu lebih memilih menyingkirkan aral ketimbang menghindarinya. Kalaulah interaksi kalangan muda dan orang tua adalah sebuah “perang”, maka itulah “perang” yang hampir seusia dengan peradaban manusia. Dalam “perang” itu, pemenang dan yang kalah tidak pernah jelas—mungkin silih berganti.


Bagi dunia patriarkal, orang tua dipredikatkan sebagai simbol hegemoni (dominasi juga?). Simbol yang mewujud itu berarti mengatur, mendikte, dan bahkan nyaris sempurna. Tangan orang tua, lazimnya, penuh otoritas yang kursif. Di situlah kalangan muda terlilit tali otoritas orang tua, terjerat tanpa jalan keluar.


Penyair Muda

Dalam kerangkeng itu, pikiran pemuda terpenjara. Memberontak menjadi alternatif yang paling menjanjikan. W.S. Rendra, sebelum mengganti agama tahun 1970, juga adalah seorang seniman pemberontak. Syair-syair pemberontakan Rendra dalam dramanya Orang-orang di Tikungan Jalan tahun 1954, kata Syu’bah Asa (2001), betul-betul sastrawan muda yang memberontak dengan sajak pembelaan orang-orang kecil.


Sastrawan muda adalah kata yang betul-betul tak pernah diucapkan Rendra untuk mengapresiasi predikat kepenyairannya. “Pembelaan orang-orang kecil” adalah nafas yang dihembuskan Rendra melalui sajak-sajaknya. Ia melakon pada nafas itu dan mendapat apresiasi berkat nafas itu. Karena itu pula, pemberontakan dan kegelisahannya menjadi hidup. Ia menciptakan dan memulai teksnya sendiri, bukan melanjutkan teks dengan cara memisahkan teks itu dari pemiliknya.


Hanya saja, ruang publik sastra di kemudian hari mengapresiasi Rendra sebagai sastrawan muda yang memberontak. Bukan karena ia sastrawan muda sementara sebagian besar sastrawan besar ketika itu adalah manusia berbau tanah. Tetapi sajak-sajak Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, dan seterusnya yang tidak berniat membela kaum papa—yang sekaligus mereka adalah orang tua, menempatkan Rendra di ruang publik apresiasi sastra tepat pada klaster penyair muda. Sebuah perbedaan yang kedengarannya alamiah.


Sajak-sajak Rendra bukanlah kampanye curiga terhadap peran-peran penyair tua karena tokh keduanya berada dalam ruang teks yang berbeda. Pemberontakan justru ditujukan pada zaman sebagai sebuah teks, bukan pada pemilik teks itu. Rendra, dalam hal ini, berbeda dengan Ortega y Gasset, seorang konservatif di kerajaan Spanyol akhir abad ke-19, yang dengan terang merumuskan indikasi-indikasi kegagalan generasi tua di Spanyol.


Nafas Ortega adalah transisi besar dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, industrialisasi, urbanisasi, demokratisasi politik dan kekuatan sosial yang tengah membuat demam masyarakat Eropa saat itu. Oleh karena transisi itu, Ortega memberi tempat istimewa bagi para generasi muda cendekiawan.


Cara yang ditempuh Ortega adalah menghubungkan konsepsinya tentang cendekiawan dengan “pemuda” (Ron Eyerman, 1996: 95-95). Ortega menaruh kesadaran khusus mengenai peran-peran sosial cendekiawan muda, khususnya transisi besar itu. Bukan pada kondisi sosial cendekiawan itu—termasuk aspek komunalnya.


Pemuda Infifada

Generasi Muda kerap menyilaukan kekaguman. Tahun 1992, Ikhrima Shabri, Imam Madjidil Aqsha, memuji pemuda-pemuda Palestina. “Anda bisa melihat seorang pemuda yang hanya membawa batu atau pisau, maju menghadapi peluru dengan dadanya, ..... Para pemuda itu—pemuda Intifada—berlomba-lomba menyonsong maut,” puji Shabri.


Pemuda Intifada tentu saja bukan sempalan kelompok FATAH atau HAMAS. Pemuda Intifada hanya sebutan Shabri untuk memperjelas subyek kalimatnya, yakni “Para Pemuda itu, Pemuda Intifada”. Pemuda dalam kalimat ini hanya mendeklarasikan sebuah tanda alami tentang generasi dengan menunjuk periode kelaharian yang persis dapat dibedakan dengan periode kelahiran orang-orang tua.


Sejak pecahnya Intifada yang memuncak pada 1987, Palestina tidak penah memperkenalkan perbedaan generasional antara Tua dan Muda. Di sana, di Jalur Gaza dan Tepi Barat sejak 1967, perasaan senasib lebih kental dari pada perbedaan generasional itu. Perbedaan hanya menjadi nyata ketika tujuan atau persepsi berbeda, sebuah perbedaan yang selalu berbias politis.


***


Orang tua sering tanpa sadar memuji pemuda dengan berbagai adegium” "pemuda harapan bangsa", "pemuda pemilik masa depan", atau "pemuda sebagai generasi penentu dan tulang punggung bangsa". Beberapa saat sebelum tamat di Mahameru 18 Desember 1969, Soe Hok Gie masih sempat mengenang belaian Soekarno “Tua” pada generasi muda, Beri aku sepuluh pemuda progresif revolusioner maka dunia akan berubah. Jika ada 9 pemuda lagi maka Indonesia pasti berubah! Tapi bukan karena adagium itu lalu Syahrir, Chairul Saleh, Adam Malik dan AM Hanafi, WS Rendra lantas berderak. Kisah mereka menembus zaman karena pokoknya, bukan oleh simbol “muda”-nya yang natural itu.


Dalam aras yang bersilangan itu, setidaknya, sejarah telah melahirkan tesisnya: Orang tua selalu bicara banyak dan sedikit yang bisa dipercaya. Anak muda terlalu banyak berkeinginan dan sedikit yang realistis.Setelah itu, tak ada ruang bagi kita untuk memihak karena usia terus berlari dari titik “muda” dan berakhir di garis “tua”.


Makassar, 22 Agustus 2007

Pernah dimuat pada Jurnal RESOLUSI, "Nasionalisme"
Edisi 04 Tahun III Mei - Juli 2007. Diterbitkan oleh DPD KNPI Sulawesi Selatan.
Selengkapnya >>

Senin, 12 November 2007

Partisipasi Pemilih Hanya 54,24 Persen

Sabtu, 10-11-2007

Makassar, Tribun - Tingkat partisipasi pemilih di Makassar terhitung rendah, yaitu hanya 54,24 persen. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Makassar mengakui ada kelemahan-kelemahan teknis prapemungutan suara.


Anggota KPU Kota Makassar, Maqbul Halim, mengatakan, tidak semua yang tidak menggunakan hak pilihnya dapat dikatakan golput (golongan putih). Golput, katanya, adalah orang yang dengan sengaja tidak menggunakan hak pilihnya berdasarkan pertimbangan politik.
Sedangkan bagi sebagian warga Makassar tidak memilih adalah karena kendala teknis.

"Mereka mungkin sebenarnya ingin menggunakan hak pilihnya. Tapi karena tidak memiliki kartu pemilih atau tidak mendapatkan undangan, mereka tidak percaya diri ke TPS," kata Maqbul.

Padahal bisa jadi namanya terdaftar di DPT. Persoalan ini disebabkan tidak meratanya pembagian kartu pemilih dan undangan untuk memilih. Persoalan teknis lainnya adalah pendataan pemilih yang belum tuntas. Ada warga yang sudah meninggal atau masih di bawah usia dewasa tetapi terdata.

Ada juga warga yang pindah domisili tapi datanya belum berubah. "Itu semua adalah kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Semua akan kita evaluasi setelah ini," lanjutnya.

Ketua Partai Golkar Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mengatakan, kekalahan Amin-Mansyur di Makassar tidak terlepas dari rendahnya partisipasi politik warga Makassar. Hanya Kecamatan Ujungtanah yang tingkat partisipasinya mencapai 65 persen. Sisanya kurang dari 50 persen.

"Banyak warga yang tidak menggunakan hak pilihnya hanya karena persoalan sepele seperti tidak dapat kartu pemilih atau undangan dari TPS. Jadi kalau dikalkulasi, Partai Golkar yang sesungguhnya dari rendahnya partisipasi. Mereka yang tidak memilih itu adalah pendukung Amin-Mansyur," katanya.

Sumber: http://www.tribun-timur.com/view.php?id=53657 (14/11/2007)
Selengkapnya >>

Minus Bone-Gowa, Syahrul Unggul

Hasil Pleno Rekap Final Suara 21 KPU Kabupaten/Kota; Mendekati Hasil Quick Count PT LSI; Bone, Gowa, Takalar, dan Pangkep Gelar Pleno Hari Ini; Proses Rekap Berlangsun Lancar dan Aman

Makassar, Tribun - Sebanyak 21 dari 23 komisi pemilihan umum (KPU) kabupaten/kota sudah merampungkan data final rekapitulsi penghitungan pemilihan kepala daerah (pilkada) secara langsung, Sabtu (10/11).


Hasil sementara hingga pukul 23.30 wita tadi malam menunjukkan, pasangan nomor urut tiga, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), unggul dengan perolehan suara sekitar 40,46 persen.

Sedangkan pasangan nomor urut satu, Amin Syam-Mansyur Ramly, mengantongi sekitar 37,29 persen suara dan pasangan Abd Aziz Qahhar Mudzakkar-Mubyl Handaling mendapat 22,24 persen suara.

Namun hasil tersebut belum menghimpun suara dari dua kabupaten basis masing-masing kandidat, Bone dan Gowa. Bone dikenal sebagai basis suara Amin dan Gowa lumbung suara Syahrul.

Perolehan suara sementara ini berbeda tipis dengan hasil quick count (penghitungan cepat) PT Lingakaran Survei Indonesia (PT LSI) yang dilansir empat jam setelah pencoblosan berakhir, 5 November lalu.

Data quick count PT LSI menunjukkan, Sayang menang 40,70 persen, Asmara mendapat 37,15 persen, dan Aziz- Mubyl mengantongi 22,4 persen suara,.

Total Suara
Hingga tengah malam tadi, total suara yang sudah terhitung sekitar 3,46 juta. Data tersebut adalah hasil pleno KPU kabupaten/kota sedangkan data dari Bone peroleh langsung dari hasil rekap 21 kecamatan.

Hingga tadi malam masih ada enam PPK di Bone yang belum melansir datanya yakni Barebbo, Amali, Ulaweng, Dua Boccoe, Patimpeng, dan Ajangale.

Di Bone, jumlah daftar pemilih tetap (DTP) sebanyak 459.949. Dari hasil sementara, tingkat partisipasi pemilih di kabupaten ini sebesar 52,21 persen. Asmara unggul di Bone dengan hasil sementara dengan perolehan 171.054 suara, disusul Aziz-Mubyl dengan 38.250 suara, dan Sayang dengan 30.835 suara.

Sementara data suara di Gowa diperoleh dari tim sukses Sayang yang menyebutkan pasangan ini mendapat 240.778 suara mengalahkan Asmara yang mendapay 26.667 suara dan Aziz-Mubyl sebanyak 25.850 suara. Tingkat partisipasi pemilih dari 400.586 pemegang hak suara sekitar 73,22 persen.

Dari hasil sementara versi rekap PPK dan KPU kabupaten/kota, Asmara unggul di 11 daerah yakni Parepare, Soppeng, Lutim, Sidrap, Maros, Enrekang, Pinrang, Bone, Sinjai, Jeneponto, dan Wajo.

Pasangan Sayang unggul 10 daerah yakni Bulukumba, Makassar, Barru, Gowa, Selayar, Pangkep, Takalar, Lutra, Toraja, dan Bantaeng. Sedangkan pasangan Aziz-Mubyl mampu menjadi jawara di dua daerah, Palopo dan Luwu.

Berbeda
Sementara itu, perbedaan data PT LSI dengan hasil KPU kabupaten/kota juga kembali mengemuka. Bila sebelumnya data quick count PT LSI memenangkan Sayang di Palopo namun versi rekap PPK mememangkan Aziz-Mubyl maka quick count PT LSI juga memenangkan Asmara di Barru juga berbede dengan versi rekap PPK karena pemenangnya adalah Sayang. Quick count PT LSI memenangkan Sayang di Jeneponto, namun versi rekap PPK pemenangnya Asmara

Selisih suara PT LSI vs rekap PPK melebihi angka yang ditoleransi lima persen, misalnya di Enrekang terdapat selisih 7,1 persen untuk suara Asmara, Barru 9,21 untuk suara Sayang, Lutim 10,98 untuk Sayang, Palopo 6,44 untuk Sayang, dan Parepare 5,53 untuk Sayang.
Sedangkan analisis perbandingan di Gowa dan Bone belum bisa dibandingkan karena belum menjadi data rekap final di KPU setempat.

Lancar
Rekapitulasi di tingkat kabupaten/kota berlangsung lancar dan aman. Aparat keamanan yang ditugaskan tidak terlalu bekerja keras.

KPU Parepare dan Pinrang, misalnya, merampungkan proses rekapitulasi tak lebih dari satu jam. Saksi tiga pasang kandidat juga tidak melakukan protes atau interupsi selama rekapitulasi berlangsung.

"Alhamdulillah, semuanya bisa selesai dengan baik. Kami hanya melaksanakan pleno sekitar 40 menit. Tidak ada yang menyela, jadi semua tepat waktu," kata Ketua KPU Parepare Yasser Latief.

Hal senada disampaikan Ketua KPU Pinrang Abd Djabbar. Proses rekap di daerah tambak ini juga tidak mendapatkan hambatan.

"Saya bersyukur karena semuanya bisa tuntas. Ini menunukkan masyarakat kita sudah sadar berdemokrasi dan selalu ingin damai," katanya.

Di KPU Makassar, Jl Toddopuli, suasana pleno dan rekap berlangsung cukup ramai. Tim sukses dan saksi dari masing-masing kandidat juga menerima hasil rekap tersebut. Usai pleno, aparat kepolisian yang menggunakan dua mobil truk yang dikawal mobi patroli membawa kotak suara dan hasil rekap ke KPU provinsi di Jl AP Pettarani.

Anggota KPU Makassar Maqbul Halim dan Pahir Halim mengaku lega karena pihaknya mampu menyelesaikan proses rekap sesuai jadwal yang ada. Di Makassar, Sayang menang di 12 dari 14 PPK. Sedangkan Asmara dan Aziz-Mubyl berbagi kemenangan di masing-masing satu PPK.
Anggota KPU Sulsel M Darwis mengatkan, pihaknya tinggal menunggu laporan rekap final dari 23 kabupaten/kota untuk selanjutnya direkap kembali di provinsi.

"Sesuai jadwal, besok (hari ini) semua KPU kabupaten/kota bisa menyelesaikan proses rekapnya. Jadi kita tinggal melanjutkan mulai tanggal 12 November," katanya.

KPU Sulsel diagendakan menggelar rapat pleno hasil akhir yang akan dilanjutkan dengan penetapan pasangan kepala daerah terpilih, 16 November mendatang.

Sumber: http://www.tribun-timur.com/view.php?id=53700&jenis=Front (14/11/2007)
Selengkapnya >>

Jumat, 09 November 2007

KPU Mulai Rekap Suara Hari Ini

Kamis, 08-11-2007
Hari Ini, PPK Mulai Rekap Suara dari TPS; Syahrul dan Aziz ke Jakarta; Alwi Hamu: Semua Kandidat Putra Terbaik Sulsel; Kapolda Minta Saksi dan Masyarakat Awasi Proses Rekap


Makassar, Tribun - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Selatan (Sulsel) memperkirakan gambaran pemenang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sulsel sudah bisa diketahui, Kamis (8/11) hari ini.
Berdasarkan agenda KPU, panitia pemilihan kecamatan (PPK) di daerah ini mulai merekap suara yang dikumpulkan dari tempat pemungutan suara (TPS) hasil pencoblosan, 5 November lalu.

Ketua KPU Sulsel Mappinawang kepada Tribun, Rabu (7/11), mengatakan, hasil rekap PPK diperkirakan akan rampung sore ini dan datanya sudah bisa disampaikan ke KPU kabupaten/kota.

"Dengan asumsi itu, data perolehan suara yang masuk ke KPU kabupaten/kota sudah bisa memberikan gambaran kompetisi para kandidat. Namun, kami mengingatkan bahwa hasil final baru akan disampaikan 16 November nanti," kata Mappinawang.

Hingga tadi malam, belum ada data suara resmi dari KPU. Dua kandidat, Amin Syam-Mansyur Ramly (Asmara) dan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang) tetap sama-sama optimis meraih suara terbanyak.

Pasangan Asmara yang merujuk pada data Desk Pilkada Partai Golkar yang menyebutkan pasangan yang diusung Partai Golkar, PKS, Partai Demokrat, PKB, PKPI, dan Partai Buruh mendapat 1.455.741 suara (40,61 persen).
Sedangkan pasangan Sayang yang diusung PAN, PDK, PDIP, dan PDS meraih 1.373.977 suara (38,33 persen) serta pasangan Aziz Qahhar-Mubyl Handaling yang diusung gabungan delapan partai di Koalisi Keumatan- Kebangsaan (KKK) mendapat 754.820 suara (21,06 persen).

Rekap PPK
Sesuai agenda KPU, PPK akan merekap suara hari ini. Data KPU Sulsel menyebutkan terdapat 289 PPK di Sulsel atau sama dengan jumlah kecamatan.
Petugas PPK tidak lagi menghitung suara namun hanya menghitung rekap yang masuk dari TPS. Rekap tersebut akan dicocokkan kembali dengan disaksikan oleh saksi dari masing-masing calon.

Dari Takalar dilaporkan, sejumlah PPK mulai merekap suara pilkada gubernur karena hari ini mereka dijadwalkan merekap suara pilkada bupati.

Di Takalar, pelaksanaan pilkada gubernur bertepatan dengan pilkada kabupaten.
"Kami sudah mulai merekap sejak tadi siang (kemarin. Hasil suara akhir di PPK kami sudah ada tapi prises rekap belum selesai sehingga belum bisa dipublikasikan sampai data itu diserahkan ke KPU kabupaten/kota," kata anggota PPK Polongbangkeng Utara (Polut), Wahyuri.

Sementara PPK di Makassar baru akan merekap hari ini. Anggota KPU Makassar Maqbul Halim mengatakan, proses rekap di PPK Makassar diperkirakan akan berlangsung dua hari karena beberapa PPK memiliki ratusan TPS.

"Kecamatan yang memiliki TPS cukup banyak adalah Panakkukang dengan 220 TPS, Rappocini 211 TPS, dan Tamalate 197 TPS. PPK ini yang mungkin bekerja selama dua hari," kata Maqbul.
Dihubungi terpisah, anggota KPU Sulsel M Darwis mengatakan, PPK yang bisa bekerja cepat sudah bisa menyampaikan hasilnya ke KPU kabupaten/kota.

"Kalau besok sore teman-teman di PPK sudah bisa rampung, bisa saja datanya disampaikan ke KPU. Ini tentu sudah bisa menjadi rujukan kita sebagai data di kabupaten/kota," kata Darwis.

Ke Jakarta
Syahrul dan Aziz bertolak ke Jakarta, kemarin. Sebelum ke Bandara Hasanuddin, Syahrul sempat mampir di ruang kerjanya di Kantor Pemprov Sulsel di Jl Urip Sumoharjo, Makassar.
Saat dikonfirmasi tujuannya ke Jakarta, mantan Bupati Gowa ini enggan berkomentar panjang.

"Ada pertemuan dengan keluarga," ujarnya sambil tersenyum.
Mantan Bupati Gowa ini dijadwalkan kembali ke Makassar siang ini.
Sementara Aziz mengatakan, dia ke Jakarta untuk kembali ke tempat tugas sebelumnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Bandingkan Data
Tim Pemenangan Sayang meminta tak satupun pasangan calon yang mengklaim sudah memenangkan pilkada Sulsel.
Hal ini ditegaskan saat mereka menggelar konfrensi pers di Posko Utama Sayang, Jl Boulevard, Makassar.
"Syahrul-Agus tidak pernah mengklaim memenangkan pilkada. Selama ini, ekspresi yang muncul adalah bentuk kesyukuran terhadap hasil perhitungan quick count PT LSI yang mengunggulkan Sayang. Hasil akhir pilkada tetap berada di tangan KPU," kata Imam.
Terkait dengan hasil akhir quick count PT LSI yang dipublikasikan, tim Sayang mengaku tidak bisa mencampuri karena itu urusan internal PT LSI.
"PT LSI adalah lembaga independen dan profesional. Lembaga ini selalu mempublikasikan quick count yang dilakukan saat pilkada," ujar Imam yang didampingi Sekretaris Tim Kampanye AM Mochtar dan Ketua Bappilu PDIP Sulsel Husain Djunaid.

Aset Sulsel
Sementara Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden Jusuf Kalla, Alwi Hamu, melalui telepon selularnya, mengatakan, semua calon gubernur dan calon wagub yang bertarung di pilkada adalah putra terbaik daerah ini.
"Saya anjurkan kepada semua pihak, utamanya tim sukses masing-masing calon, agar menahan diri dan menunggu keputusan KPU dengan tenang," katanya.
Alwi mengharapkan tidak ada keributan baik sebelum maupun setelah pengumuman KPU. "Kalau sampai terjadi kerusuhan, itu artinya kita semua termasuk para pendukung kandidat gubernur merusak nama baik calon yang mereka usung," jelasnya.
Menurut Alwi, Sulsel sempat mencuat sebagai daerah rawan demonstrasi dan kriminal. "Jangan lagi ada julukan lain, rusuh karena pilkada. Kalau rusuh kita semua yang rugi. Sebagian besar fasilitas yang dibangun bisa hancur hanya dalam hitungan menit," katanya.
Dampak lain kalau terjadi kerusuhan, dalam jangka panjang tidak ada investasi yang menanamkan modalnya di Sulsel. "Investor akan takut dan tidak ada perkembangan ekonomi di daerah ini," jelasnya.

Kapolda Sulsel Irjen Polisi Aryanto Boedihardjo juga meminta semua pihak menahan diri. Kapolda menegaskan, polisi tidak akan membiarkan tindakan anarkis.
"Kita semua harus menunggu keputusan KPU karena lembaga inilah yang otoritatif menetapkan hasil pilkada," kata kapolda yang juga mengeluarkan delapan imbauan terkait dengan masa menunggu hasil penetapan KPU Sulsel (lihat, Imbauan Kapolda Sulsel).

Sudah Pengalaman
Di Jakarta, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Agung Laksono meminta semua pihak untuk siap menang dan siap kalah di Pilkada Sulsel.
"Kita pengalaman tidak hanya di Pilkada Sulsel tapi di daerah lain sudah puluhan kali. Kita siap untuk menang dan kalah,"kata Agung kepada wartawan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jakarta, kemarin petang.
Agung yang juga Ketua DPR ini, juga meminta semua pihak bersabar menunggu hasil perolehan suara yang akan diumumkan KPU Sulsel16 November mendatang, meskipun lembaga survei telah merilis hasil perolehan suara dengan metode quick count.
Menurut dia, dengan kesabaran menunggu hasil perhitungan KPUD akan membuat kondisi di masyarakat tentram serta etika berdemokrasi akan terbangun.
Pada kesempatan itu, Agung meminta tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kedua kubu (Syahrul dan Amin). Ini, kata dia, agar tercipta persatuan dan kesatuan di Sulsel. "Apalagi Sulsel provinsi strategis dan terkemuka di Indonesia Timur. Diharap beri contoh kepada daerah yang lain,"jelasnya.

Ke Jakarta
Syahrul dan Aziz bertolak ke Jakarta, kemarin. Sebelum ke Bandara Hasanuddin, Syahrul sempat mampir di ruang kerjanya di Kantor Pemprov Sulsel di Jl Urip Sumoharjo, Makassar.
Saat dikonfirmasi tujuannya ke Jakarta, mantan Bupati Gowa ini enggan berkomentar panjang. "Ada pertemuan dengan keluarga," ujarnya sambil tersenyum.
Mantan Bupati Gowa ini dijadwalkan kembali ke Makassar siang ini.
Sementara Aziz mengatakan, dia ke Jakarta untuk kembali ke tempat tugas sebelumnya sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Bandingkan Data
Tim Pemenangan Sayang meminta tak satupun pasangan calon yang mengklaim sudah memenangkan pilkada Sulsel.
Hal ini ditegaskan saat mereka menggelar konfrensi pers di Posko Utama Sayang, Jl Boulevard, Makassar.
"Syahrul-Agus tidak pernah mengklaim memenangkan pilkada. Selama ini, ekspresi yang muncul adalah bentuk kesyukuran terhadap hasil perhitungan quick count PT LSI yang mengunggulkan Sayang. Hasil akhir pilkada tetap berada di tangan KPU," kata Imam.
Terkait dengan hasil akhir quick count PT LSI yang dipublikasikan, tim Sayang mengaku tidak bisa mencampuri karena itu urusan internal PT LSI.
"PT LSI adalah lembaga independen dan profesional. Lembaga ini selalu mempublikasikan quick count yang dilakukan saat pilkada," ujar Imam yang didampingi Sekretaris Tim Kampanye AM Mochtar dan Ketua Bappilu PDIP Sulsel Husain Djunaid.

Aset Sulsel
Sementara Koordinator Staf Khusus Wakil Presiden Jusuf Kalla, Alwi Hamu, melalui telepon selularnya, mengatakan, semua calon gubernur dan calon wagub yang bertarung di pilkada adalah putra terbaik daerah ini.
"Saya anjurkan kepada semua pihak, utamanya tim sukses masing-masing calon, agar menahan diri dan menunggu keputusan KPU dengan tenang," katanya.
Alwi mengharapkan tidak ada keributan baik sebelum maupun setelah pengumuman KPU. "Kalau sampai terjadi kerusuhan, itu artinya kita semua termasuk para pendukung kandidat gubernur merusak nama baik calon yang mereka usung," jelasnya.
Menurut Alwi, Sulsel sempat mencuat sebagai daerah rawan demonstrasi dan kriminal. "Jangan lagi ada julukan lain, rusuh karena pilkada. Kalau rusuh kita semua yang rugi. Sebagian besar fasilitas yang dibangun bisa hancur hanya dalam hitungan menit," katanya.
Dampak lain kalau terjadi kerusuhan, dalam jangka panjang tidak ada investasi yang menanamkan modalnya di Sulsel. "Investor akan takut dan tidak ada perkembangan ekonomi di daerah ini," jelasnya.
Kapolda Sulsel Irjen Polisi Aryanto Boedihardjo juga meminta semua pihak menahan diri. Kapolda menegaskan, polisi tidak akan membiarkan tindakan anarkis.
"Kita semua harus menunggu keputusan KPU karena lembaga inilah yang otoritatif menetapkan hasil pilkada," kata kapolda yang juga mengeluarkan delapan imbauan terkait dengan masa menunggu hasil penetapan KPU Sulsel (lihat, Imbauan Kapolda Sulsel).

Sudah Pengalaman
Di Jakarta, Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Agung Laksono meminta semua pihak untuk siap menang dan siap kalah di Pilkada Sulsel.
"Kita pengalaman tidak hanya di Pilkada Sulsel tapi di daerah lain sudah puluhan kali. Kita siap untuk menang dan kalah,"kata Agung kepada wartawan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jakarta, kemarin petang.
Agung yang juga Ketua DPR ini, juga meminta semua pihak bersabar menunggu hasil perolehan suara yang akan diumumkan KPU Sulsel16 November mendatang, meskipun lembaga survei telah merilis hasil perolehan suara dengan metode quick count.
Menurut dia, dengan kesabaran menunggu hasil perhitungan KPUD akan membuat kondisi di masyarakat tentram serta etika berdemokrasi akan terbangun.
Pada kesempatan itu, Agung meminta tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada kedua kubu (Syahrul dan Amin). Ini, kata dia, agar tercipta persatuan dan kesatuan di Sulsel. "Apalagi Sulsel provinsi strategis dan terkemuka di Indonesia Timur. Diharap beri contoh kepada daerah yang lain," jelasnya.

Sumber: http://www.tribun-timur.com/view.php?id=53378 (09/11/2007)
Selengkapnya >>

Versi KPU Makassar, Sayang Menang di Tiga Kecamatan

Senin, 05-11-2007 | 23:00:06
Laporan: Muhammad Irham. la_toge_langi@yahoo.com

Makassar, Tribun - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar mengeluarkan hasil akhir perhitungan suara dari tiga kecamatan di Makassar, Mariso, Wajo, dan Tamalate.


Dari ketiga daerah tersebut, kandidat pasangan Amin Syam-Mansyur Ramly meraih suara sebanyak 27.856 suara. Sementara pasangan dengan nomor urut dua Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar-Mubyl Handaling memperoleh sebanyak 18.459 suara, dan pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang memperoleh 46.428 suara.

Anggota KPU Makassar Maqbul Halim tadi malam menginformasikan, data itu diperoleh berdasarkan hasil rekap dari ketiga kecamatan tesebut yang telah diserahkan ke KPU Makassar.

Setelah seluruh rekap data terkpumpul di KPU Makassar, hasil rekap itu selanjutnya akan dibawa ke KPU Provinsi untuk direkap kembali sebelum diumumkan pemenang Pilkada 2007. KPUD Sulsel akan mengumumkan pemenang pada tanggal 16 November mendatang.(*)

Sumber: http://www.tribun-timur.com/view.php?id=53194 (09/11/2007)
Selengkapnya >>

Minggu, 04 November 2007

Kartu Pemilih Diedar, Banyak Pemilih Ganda

(02 Nov 2007, 28 x , Komentar)

MAKASSAR--KPU Makassar mulai mendistribusikan kartu pemilih dan undangan bagi warga untuk datang ke TPS, 5 November mendatang. Hanya saja banyak warga yang mengeluh karena tidak kebagian. Sebagian lagi ada warga yang memperoleh kartu pemilih dan undangan lebih dari satu.Fenomena seperti ini antara lain terjadi di Kompleks Perumahan Faisal, Kelurahan Bantabantaeng, Makassar. Undangan dan kartu pemilih yang diedarkan beberapa KPPS di kompleks itu banyak yang ganda.


Misalnya di TPS 17 dan 18 ditemukan 50 undangan dan kartu pemilih yang dobel, alamat yang tak jelas, orangnya sudah meninggal, dan pindah tempat. Bahkan ada yang menerima dua undangan dan kartu pemilih namun, TPS-nya berbeda.

Arif Hasan salah satu korbannya. Warga Kompleks Faisal 9 No 4 itu mengaku telah menerima undangan di rumahnya. Anehnya, kata dia, dua undangan yang sampai ke rumahnya sama sekali tidak dikenalinya.

Warga kompleks Faisal lainnya, Wildan juga mengaku heran karena tidak kebagian kartu pemilih. Padahal saat pilpres 2004 lalu, Wildan mengaku menggunakan hak pilihnya.

Sementara itu Ketua PPS Bantabantaeng, Bachtiar yang dikomfirmasi Fajar 1 Oktober kemarin mengatakan, ada empat TPS di komplek Faisal dan terdiri sekitar 2000-an pemilih.

"Sebenarnya kami sudah berupaya menyampaikan kepada RT dan RW untuk menyeleksi kembali dari data yang diperoleh dari Kependudukan 2004 lalu, tentang warga yang dobel, meninggal atau pindah untuk dicoret.

Setelah itu tidak diseleksi lagi, yang bertanggung jawab terhadap pemutakhiran data adalah RT dan RW," terang Bahctiar.

Bachtiar menyarankan warga yang memiliki kartu pemilih dan undangan yang dobel hanya mempergunakan satu saja kartu pemilih dan undangan.

"Silakan pilih undangan mana yang ingin digunakan, tapi satu saja," kata Bachtiar.
Sementara itu Pokja Data Pemilih KPU Makassar, Maqbul Halim yang dikonfirmasi mengenai kebingungan warga yang mendapat kartu pemilih yang dobel meminta warga segera melaporkan atau klarifikasi data di PPK masing-masing.

"Apabila terjadi kesalahan seperti itu dan beda dengan database KPU, sebaiknya segera dilaporkan ke PPS dan PPK masing-masing, karena khawatirnya data tersebut berubah," terang Maqbul. (m01)

Sumber: http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=44493 (06/11/2007)
Selengkapnya >>

Kartu Pemilih Mulai Disebar

Jumat, 02-11-2007

Hari Ini, Finalisasi Perubahan DPT

Makassar, Tribun -- Finalisasi perbaikan data pemilh dalam daftar pemilih tetap (DPT) akan dilakukan, Jumat (2/11) hari ini. Lewat dari itu, KPU tidak lagi melakukan perbaikan lagi. Demikian diungkapkan Ketua KPU Sulsel saat dihubungi, kemarin petang.


enurut Mappinawang, jika perubahan tersebut terus dilakukan tanpa ada pembatasan, itu akan menyulitkan proses distribusi logistik pilkada. "Jadi besok, kita akan bekerja keras untuk menyelesaikan semuanya hingga pukul 24.00. Lewat dari situ kita tidak akan melakukan perubahan lagi," katanya.

Oleh karena itu, bagi masyarakat yang belum mendapatkan kartu pemilih dan undangan, sebaiknya segera menghubungi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang berada di lingkungan tempat tinggalnya. Selanjutnya KPPS tersebut akan melakukan pengecekan ke Panitia Pemungutan Suara (PPS).

Sejak 31 Oktober kemarin, KPPS di sejumlah kota Makassar mulai menerima kartu pemilih dan undangan pemilih. "Tadi petugas sudah bawa empat kartu dan undangan ke rumah, tapi kartunya masih kurang dua," kata Nyonya Tuti Sanger, pemilih di TPS 04/ Jl Pongtiku, Kelurahan Malimongan Baru, Bontoala. Nur Pratria Rahmadhani, warga Kompleks BTN Makkio Baji, Antang, Kecamatan Manggala, Makassar juga sudah menerima kartu pemilih dan undangan.

Anggota KPU Makassar, Maqbul Halim kepada tribun, kemarin mengkonfirmasikan mulai disebarnya kartu pemilih dan undangan ke warga-warga di kecamatan tertentu. Maqbul optimis petugas KPPS akan menjalankan tugasnya, untuk DPT.
Bisa dipastikan, jika nama seseorang tidak tercatat di DPT, maka yang bersangkutan tidak dapat menggunakan hak pilihnya di hari-H pemilihan.
Mappinawang menegaskan, tidak ada lagi kesempatan untuk mengecek Daftar Penduduk Potensi Pemilih Pilkada (DP4). "Jadi, kita tidak lagi kembali ke belakang dengan melihat DP4. Yang kita perbaiki hanya DPT," tegasnya.

Sementara itu, kemarin, KPU Sulsel kembali menggelar rapat evaluasi terkait permasalahan yang dihadapi. Rencananya, sekaligus akan memutuskan jumlah DPT terakhir, namun setelah dipertimbangkan, masih diberi waktu hingga hari ini untuk memfinalisasi perubahan tersebut.
Sebelumnya, DPT yang dilansir KPU sebanyak 5.282.448 orang. Ini merupakan perubahan dari DPT sebelumnya sebanyak 5.270.140 orang. Sehingga ada selisih sebesar 12.308 pemilih.

Akhir Pekan Tidak Berpengaruh
KETUA KPU Sulsel Mappinawang juga menampik kalau liburan akhir pekan akan mempengaruhi perubahan data pemilih. "Saat ini tidak ada lagi hubungan dengan instansi pemerintah, seperti kelurahan atau kecamatan. Masyarakat hanya berhubungan dengan KPPS atau PPS saja. Sehingga liburan akhir pekan tidak berpengaruh dalam hal pelayanan terhadap masyarakat yang mempertanyakan hak pilihnya," papar Mappinawang.

Mappinawang mengatakan, perubahan DPT untuk kali terakhir ini akan mengoreksi angka 12.308 yang sebelumnya dilansir KPU. Menurut perkiraan Mappinawang, jumlah DPT setelah perbaikan data terakhir ini, akan mencapai meningkat menjadi 20 ribu pemilih.

Sumber: http://www.tribun-timur.com/view.php?id=52734
(06/11/2007)

Selengkapnya >>

KPU Daerah: Logistik Pilkada Siap

Sabtu, 03-11-2007
Bone Khawatirkan Keamanan Surat Suara; Gowa Distribusi Logistik

Makassar, Tribun - Sejumlah komisi pemilihan umum (KPU) kabupaten yang dihubungi Tribun tadi malam menyatakan telah siap menyelenggarakan proses pemungutan suara di daerahnya. Tadi malam, seluruh logistik pemungutan suara dikabarkan telah sampai di tingkat panitia pemungutan kecamatan (PPK).


"Sampai saat ini, keperluan pemungutan suara, termasuk surat suara, seluruhnya sudah sampai di tingkat PPK. Bahkan, berdasarkan cek kami baru-baru tadi, bilik dan kotak suara sudah berada di tingkat PPS (panitia pemungutan suara)," ujar Ketua KPU Bone, Ali Imran.

Namun, pihaknya menyatakan khawatir dengan keamanan sebagian surat suara. Itulah mengapa, sebagian surat suara masih disimpan di tingkat PPK dengan penjagaan personel brigade mobil (brimob). Namun ia menargetkan, paling tidak nanti malam surat suara sudah sampai di KPPS.

Demikian juga dikatakan oleh anggota KPU Kabupaten Gowa, Rismawaty. Separuh logistik sudah sampai di tingkat PPS. Separuh wilayah Kabupaten Gowa merupakan daerah pegunungan. Karena itu kemungkinan ada beberapa kendala pengiriman.

"Kesulitan itu pasti dialami. Ini karena sembilan keamatan di Gowa berada di dataran tinggi. Tapi kesulitan ini akan relatif mudah diatasi karena petugas sudah punya pengalaman dari pilkada kabupaten lalu," kata Rismawati.

Anggota KPU Kota Makassar, Maqbul Halim, mengatakan, seluruh logistik pemungutan suara sudah sampai di tingkat PPS. Kecuali surat suara yang masih berada di tingkat PPK. Distribusi di Makassar tidak terlalu sulit. Ia juga tidak mengkhawatirkan keamanan surat suara.
Meski sampai tadi malam KPU Sulawesi Selatan belum menyelesaikan penyempurnaan data pemilih tetap, aktifitas pengiriman surat suara terus dilakukan. Seluruh KPU kabupaten/kota berpatokan pada jumlah berdasarkan data per 24 Oktober.

Sumber: http://www.tribun-timur.com/view.php?id=52824 (14/11/2007)
Selengkapnya >>

Kamis, 01 November 2007

Palaguna Mengaku Terdaftar, KPU Nyatakan Tidak

Rabu, 31-10-2007
Makassar, Tribun - Mantan Gubernur Sulawesi Selatan yang juga Ketua DPD PDIP Sulsel, Zaenal Basri Palaguna mengaku sudah terdaftar sebagai calon pemilih di Kelurahan Tidung, Kecamatan Rappocini, Makassar, Rabu (31/10).


"Saya sudah terdaftar. Tidak ada masalah lagi," kata Palaguna. Ia menambahkan bahwa daftar pemilih tetap memang harus dipermasalahka karena masih banyak masyarakat Sulsel yang seharusnya berhak menyalurkan aspirasnya, tidak terdaftar sebagai calon pemilih. KPU, menurut Palaguna harus mengakomodir mereka misalnya dengan menggunakan KTP untuk memilih.

Namun, di tempat terpisah, KPU Makassar menegaskan nama ketua partai tim pengusung pasangan Syahrul-Agus itu belum terdaftar sejak awal dan peluangnya untuk ikut memilih semakin kecil.

Pengakuan Palaguna diungkapkan kepada Tribun saat menghadiri kampanye terakhir pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang di Lapangan Emmy Saelan, Jl Hertasning, Makassar. Panitia mengklaim sekitar 25 ribu simpatisan Syahrul-Agus memadati lapangan tersebut.
Legislator PDIP Husain Djunaid juga mengiyakan jika nama Palaguna sudah didaftar sebagai calon pemilih. Namun ia tidak menjelaskan dimana dan kapan Palaguna terdaftar sebagai calon pemilih.

Saat hal ini dikonfirmasikan ke Maqbul Halim, anggota KPU Makassar, ia menegaskan bahwa sejak awal nama Palaguna tidak terdaftar sebagai calon pemilih Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel 2007.

"Memang kami ada tambahan sekitar 7.000 nama calon pemilih, tapi nama Palaguna tidak tercantum. Orang yang tercakup di daftar pemilih tambahan sangat jelas dalam berita acara yang kami buat dan nama Palaguna tidak ada dalam lampiran yang kami buat tersebut," ujar Maqbul lagi.

Menguatkan konfirmasi Maqbul, Ketua KPU Sulsel Mappinawang, juga menyatakan belum masuknya mantan Panglima Kodam VII Wirabuana ini sebagai calon pengguna hak pilih di Makassar. Palaguna bermukim di Jl Hertasning, Kelurahan Tidung, Kecamatan Rappocini. Keluarganya terdaftar di TPS 21.

Polemik tidak terdaftarnya nama Palaguna sebagai calon pemilih sempat menuai sorotan dari Pemerintah Kota Makassar. Wakil Wali Kota Makassar Andi Herry Iskandar malah harus turun tangan memeriksa nama Palaguna di DPT yang ada di kelurahan. Ia menemukan nama Palaguna, namun lagi-lagi KPU Makassar menyatakan nama Palaguna tidak terdaftar.

Sumber: http://www.tribun-timur.com/view.php?id=52648&jenis=Politik
Tanggal 06/11/2007

Selengkapnya >>

follow me @maqbulhalim