SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG
Terus Bergerak

Kamis, 18 Februari 2010

Bego Ala SBJ

Makassar, 18 Februari 2010 Dalam suatu pertemuan antara Presiden AS Barrack Obama dan SBJ, terjadilah perbincangan ikhwal keterpilihan kedua pemimpin negara yang dipilih langsung ini. Obama terlebih dahulu memulai perbincangan. 

"Saya terpilih karena saya menawarkan program yang memang sangat dibutuhkan oleh Rakyat AS," jelas Obama kepada SBJ. 

 "Kalau anda sendiri, menawarkan apa yang dibutuhkan oleh rakyat anda sendiri?" tanya Obama kepada SBJ. 

 "Saya menawarkan pesona, dan gaya sopan santun," jawab SBJ singkat. 

 Obama pun termangut-mangut mendengar jawaban SBJ tersebut. Selanjutnya, Obama mengaku bahwa banyak orang kaya di AS yang mengorbankan keuntungan bisnisnya untuk keperluan kampanyenya. Untuk hal itu, Obama bertanya lagi kepada SBJ tentang pengorbanan tim suksesnya. 

 "Pendukung saya mengorbankan satu bank," jawab SBJ enteng. 

Maqbul Halim
Selengkapnya >>

Jumat, 12 Februari 2010

Andai Saya Ketua Harian, Bisa Lain Ceritanya

Ilham Arief Sirajuddin, Blak-blakan Bicara Partai Golkar (2-Selesai)

Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar di Riau mengubah kondisi batin dan karier lham di ranah politik. Pemihakannya yang memilih berseberangan dengan arus utama kader Golkar asal Sulsel, terutama terhadap dua orang guru politiknya, Syahrul Yasin Limpo dan Nurdin Halid mengubah banyak hal. "Saya sempat jatuh semangat ketika kubu Surya Paloh kalah. Saya sadar langkah ini akan berdampak ke Musda Golkar Sulsel," akunya lirih.

Kekhawatiran Ilham terbukti. Munas yang memenangkan Aburizal Bakrie (Ical) membuatnya gamang dan berdampak kritis terhadap karier politiknya. Tapi, bukan Ilham bila harus diam dan menyerah begitu saja. Sikapnya yang kukuh berdiri di barisan Paloh tak disesalinya. “Ini konsekuensi sebuah pilihan politik,” tegasnya.

Pilihan politik itu tanpa alasan. Suami Aliyah Mustika ini punya argumen khusus. Pertama, karena merasa kecewa dengan kubu Aburizal yang tidak maksimal memperjuangkan Makassar sebagai tuan rumah pelaksanaan Munas, meskipun waktu itu sudah 28 DPD I yang setuju tapi tiba-tiba hasilnya lain. "Terus terang saya kecewa. Masalah seperti itu saja teman-teman sudah tidak bisa bantu. Bagaimana kalau saya minta hal yang lebih besar lagi.”

Kedua, dalam pandangan Ilham, Golkar sebagai partai besar dan mapan, harus dipimpin oleh sosok berkarakter kuat, menjadikan Golkar sebagai kekuatan penyeimbang terhadap koalisi besar yang sedang berkuasa. Sosok itu adalah Surya Paloh. Inilah figur yang di mata Ilham, dipandang banyak kalangan bisa menjadikan Golkar lebih kuat dan disegani.

Alasan ketiga adalah karena tanggung jawab sebagai koordinator tim nasional pemenangan Paloh. "Saya dipercaya merangkul dan memimpin 309 ketua DPD Golkar se-Indonesia," ungkapnya. Dalam posisi itulah dua guru politiknya, Nurdin dan Syahrul terus mengajaknya beralih dukungan ke Ical, tapi Ilham tetap bergeming. Selain itu, pilihannya tetap mendukung Surya Paloh juga sebagai strategi. Jangan sampai kemenangan benar-benar pada kubu Paloh, sehingga orang Sulsel tidak langsung habis karena masih ada Ilham di situ.

***

Cerita berlanjut ke Sulsel. Kekalahan dan pilihan politik berbeda tersebut lalu mempertemukannya dengan sang guru; Syahrul Yasin Limpo untuk jabatan ketua DPD I Golkar. "Pak Nurdin dan Pak Syahrul adalah guru politik saya. Dua orang inilah yang pertama kali memperkenalkan dunia organisasi dan politik kepada saya. Tapi inilah konsekuensi politik yang sejak awal sudah siap saya tanggung."

Ilham menilai, mekanisme Musda Golkar yang tidak fair justru merugikan dirinya. Mekanisme yang seharusnya melalui pemilihan, malah ditempuh secara musyawarah mufakat. Di sinilah terjadi krisis. Terjadi tarik-menarik kepentingan antara mengikuti keinginan DPP Golkar untuk mufakat saja atau tetap dengan pemilihan, sebagaimana yang dia usulkan sejak awal. Akhirnya, seperti yang telah terjadi, Ilham terpental. Kursi ketua DPD I Golkar Sulsel yang didudukinya beberapa bulan, akhirnya lepas.

Namun, cerita masih berlanjut. Ketika struktur kepengurusan “bocor” dan diketahui bahwa Ilham hanya duduk sebagai salah satu wakil ketua dari total 16 orang, itupun urutannya melorot ke bawah, dan akhirnya naik ke urutan kedua di bawah HM Roem, kekecewaan berlanjut. Seketika beban psikologis menderanya. Dari orang nomor satu, menjadi yang kesekian. Ilham menilai tim formatur tidak membuat pertimbangan matang ketika menempatkan dirinya. "Walaupun secara struktural wakil ketua tak ada masalah dengan struktur penyebutan, tapi pandangan masyarakat berbeda terhadap saya,“ dia menyesalkan.

Itukah alasan yang membuatnya memilih mundur dari kepengurusan DPD I? Boleh jadi. Karena menurutnya, beban psikologis terkait penilaian masyarakat terhadap dirinya atas jabatan baru itu sangat berat. "Andai saya menjabat ketua harian, bisa lain ceritanya," ungkap Ilham.

Meski kecewa, Ilham bisa menahan diri. Menurutnya, seorang politikus memang perlu dibekali kesabaran dan tak emosional. Hubungan dengan Syahrul pun tetap baik. Malah diakuinya tak bisa dipisahkan dengan gubernur Sulsel itu. "Pak Syahrul sangat demokratis dan saya suka itu. Kadang saya berbeda pilihan atau sikap. Tapi di struktur pemerintahan kami tetap akrab. Bahkan kerap bersama-sama. Malah orang bingung, apakah kami hanya bersandiwara atau bagaimana," ujar Ilham tertawa
lebar.

Soal karier politik dan nasib sisa jabatannya sebagai walikota pun tak dipersoalkannya. Dia berharap kekhawatiran atas hubungannya dengan DPRD Makassar tetap baik kendati tidak lagi mengendalikan Partai Golkar. Alasannya, publik pasti masih bisa fair menilai kinerjanya sebagai walikota, sehingga tidak mungkin bisa dipermainkan parlemen.

Itulah sebabnya, Ilham tetap optimis, dengan kerja keras dan potensi yang dimilikinya, dia tetap bisa berkiprah. “Salurannya tidak harus selalu di Golkar. Bersama teman-teman aktivis partai, saya rencana membentuk ormas untuk pendidikan pemilih,” katanya sembari menyebutkan kemungkinan saluran lain seperti menjadi anggota DPR RI.

“Tak mungkinlah Golkar tidak melihat potensi saya untuk itu. Saya ini jelas-jelas punya gerbong. Tapi Kalaupun tidak diakomodasi, saya kira masih banyak jalan lain, sehingga tidak berakhir begitu saja. Siapa berbuat, dia akan menuai hasil,” tandasnya.

Satu hal yang membuatnya optimis keluar dari kepengurusan adalah, dia bisa lebih leluasa berkreasi demi kepentingan publik. Baginya, pengabdian tidak selalu harus melalui partai Golkar. Kalaupun akhirnya kenyataan berkata lain, Ilham tetap optimis peluang kariernya lebih besar. “Bayangkan kalau saya diusung partai lain, terus Golkar mengusung Pak Syahrul. Boleh jadi akan lebih berpeluang untuk suksesi gubernur nanti. Iya kan?” jelasnya penuh keyakinan. (abubakar)

Sumber: Harian FAJAR Cetak Edisi 6 Januari 2010
Selengkapnya >>

Saya Kader Golkar yang Menjadi Petarung Sejak Awal

Ilham Arief Sirajuddin, Blak-blakan Bicara Partai Golkar (1)
Laporan
Abubakar AR

Sejak pekan lalu, Ilham Arief Sirajuddin menjadi buah bibir dan target buruan pekerja media. Bukan karena jabatannya sebagai walikota Makassar, melainkan intrik yang di Partai Golkar. Episode politiknya seakan tak pernah redup, kendati baru-baru ini menyatakan diri mundur dari kepengurusan partai terbesar di Sulsel itu. Berakhirkah karier politiknya setelah itu? Secara eksklusif dia menuturkannya panjang lebar kepada FAJAR.

"Semua posisi atau jabatan yang saya peroleh, tak pernah diraih dengan instan. Semuanya melalui proses panjang dan perjuangan," ujarnya membuka pembicaraan. Ilham rupanya tidak ingin kekaderannya di Partai berlambang pohon beringin itu dipandang sebelah mata. Dia tidak ingin pencapaiannya sekarang disebut sebagai pemberian atau ditunjuk begitu saja. “Di Golkar, saya berjuang dari bawah. Karena itu saya bisa disebut petarung. Karier politik tertinggi saya di partai sebagai ketua Golkar Sulsel, juga tak saya dapatkan dengan instan, melainkan penuh perjuangan dalam pertarungan politik," tandasnya.

Awal karir Ilham di Partai Golkar harus berjibaku selama 12 tahun. Bidangnya pun tak jauh-jauh amat dari bidang keamanan. "Kalau ada kampanye waktu itu, saya bertugas di lapangan sebagai Satgas dan sebagainya. Jadi saya ikut berproses di Golkar, bukan tiba-tiba," ungkapnya.

**

Masyarakat awam yang benar-benar tidak mengenal siapa Aco –begitu pria ini akrab disapa, mungkin akan kaget melihatnya di kantin siang itu. Ditemani beberapa staf dan wartawan peliput di balaikota, walikota Makassar itu sangat lahap menyantap mie kuah yang dipesannya sembari sekali-sekali terbahak-bahak oleh cerita lucu yang dikisahkannya sendiri. Hanya lencana jabatan yang melekat di dada dan pundaknya sebagai pembeda dari pengunjung kantin. Sangat akrab dan mencairkan suasana.

Di benak kami, terlalu banyak pertanyaan yang akan mendarat di telinga Ilham selepas siang, karena begitu banyak wartawan yang sudah siap dengan perlengkapannya berniat melakukan wawancara. Untung saja, FAJAR sehari sebelumnya sudah membuat janji bertemu. Pembicaraan lalu berpindah ke ruang kerja walikota yang lebih lapang dan adem. Sesuai janjinya, Ilham tidak akan menerima tamu sampai perbincangan dengan FAJAR berakhir.

**

Ilham masih ingat, dirinya selalu saja terlibat di bagian keamanan, sebelum kemudian menjadi ketua biro pemuda di Golkar Makassar. Lalu naik lagi menjadi wakil bendahara. Karirnya di pengurusan Partai Golkar kemudian terus menanjak setelah menjadi ketua biro pemuda di Golkar Sulsel, nasib baikpun mengantarkan Ilham menjadi Anggota DPRD.

Ketika menjabat sebagai korwil di Golkar dan telah mengendalikan Golkar Makassar selama sembilan tahun, lalu mencapai top level di Golkar Sulsel, menjadi pertanda bahwa ia bekerja untuk Golkar. Dia merujuk pada situasi kritis Golkar pasca-pemilihan gubernur Sulsel. Sebanyak 23 DPD II Golkar kabupaten/kota tiarap. Semangatnya turun. Golkar Sulsel tak mampu mengembalikan semangat itu kembali. Golkar benar-benar kritis, hingga muncul desakan agar segera dilakukan suksesi.

Meski waktu itu, kata Ilham, Amin Syam bermaksud menyerahkan kepemimpinan Golkar kepadanya,dia justru meminta agar dilakukan dengan proses. “Melalui musdalub, saya menghadapi Pak Roem yang didukung Pak Syahrul dan Pak Agus. Pertarungannya sangat keras. Pak Agus malah dengan lantang menegaskan akan mundur dari kepengurusan Golkar bila saya menang. Alasannya, tidak mungkin seorang walikota membawahi wakil gubernur.

Padahal tak laik berpikir seperti itu. Tak ada kaitan antara hubungan struktural politik dan struktural pemerintahan. Tapi hasilnya, saya menang,” tandasnya bangga.
Akhirnya, Agus Arifin Nu'mang memilih keluar dari kepengurusan Golkar yang dikendalikan Ilham. Tugas berat menanti Ilham, karena Pemilu 2009 sudah di depan mata. Dua bulan pertama memimpin Golkar Sulsel, langsung menggelar roadshow ke 23 DPD II Golkar untuk membangkitkan kembali semangat kader Golkar menghadapi pemilu 2009.

"Saya tak bisa membayangkan. Basis terkuat Golkar adalah Sulsel, bila tak ada gerakan membangkitkan kembali semangat kader Golkar, bisa saja suara Golkar diambil partai lain. Pasalnya sangat sulit menahan pergerakan partai yang sedang berada di tampuk pimpinan nasional," jelasnya.

Meski Golkar tak keluar sebagai pemenang pemilu secara nasional, Sulsel tetap menjadi basis terkuat perolehan suara Golkar. Terutama karena partai yang dipimpinnya meraih perolehan suara terbanyak di 23 kabupaten, kecuali Sinjai. Selesai di Pemilu, Ilham lalu memulai pertaruhan besarnya di kancah musyawarah nasional (Munas) Golkar yang berani berdiri di barisan Surya Paloh, berseberangan dengan orang-orang berpengaruh di Golkar yang memilih mendukung Aburizal Bakrie. Mengapa Ilham memilih Paloh, lalu seperti apa pengaruh Syahrul Yasin Limpo dan Nurdin Halid dalam perjalanan politiknya? Ikuti penuturannya besok. (bersambung)

Sumber: Harian FAJAR Cetak Edisi 5 Januari 2010
Selengkapnya >>

Jumat, 05 Februari 2010

ICMI-Pemkot Diskusikan Pengangguran

komunitas
Kamis, 4 Februari 2010

KONSEP yang dikembangkan lembaga ekonomi syariah seperti Baitul Mal Wattamwil (BMT) diyakini bisa menjadi solusi mengatasi pengangguran yang menjadi salah satu masalah perkotaan.

Hal ini mengemuka pada diskusi yang diselenggarakan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Korwil Sulsel di Warkop Phoenam, Jl Boulevard, Makassar, Rabu (3/2).

Badan Pekerja Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (Pinbuk) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sulsel memberi apresiasi khusus terhadap mewabahnya Baitul Mal Wattamwil (BMT) di Sulsel. Ketua Pinbuk ICMI Sulsel, Idris Parakkasi, menyebut BMT di Sulsel kini sudah memiliki 22 ribu nasabah.

"BMT se-Sulsel saat ini memiliki aset Rp 22,5 miliar dengan modal Rp 58 miliar.
Outstanding pembiayaan kurang lebih Rp 14,7 miliar dengan menghimpun simpanan masyarakat Rp 98 miliar. Dengan proses yang tidak rumit, BMT bisa membantu munculnya enterpreneur baru yang kreatif dan membuka lapangan usaha yang baru," kata Idris dalam sesi tanya-jawab.

Idris menjadi salah satu penanggap pada diskusi tersebut. Idris menyebut BMT sebagai salah satu lembaga yang berpotensi mengurangi pegangguran di Sulsel dengan menciptakan usaha-usaha kecil, mikro, dan menengah.

"Dengan proses simpang-pinjam yang tidak rumit seperti sistem perbankan konvensional, BMT bisa berperan membantu tumbuhnya usaha-usaha kecil, mikro, dan menengah," lanjut Idris.

Diskusi membahas kiat mengatasi pengangguran di Kota Makassar dihadiri empat nara sumber. Masing-masing Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, Presidium ICMI Pusat, Marwah Daud Ibrahim, Prof Dr Basri Hasanuddin (Guru Besar Fakultas Ekonomi Unhas), dan Andi Tamsil (Sekum ICMI Sulsel).

Mantan anggota KPU Makassar, Makbul Halim tampil sebagai moderator. Diskusi disiarkan live di radio Mercurius Top FM. Diskusi dihadiri sejumlah aktivis ICMI dan pemerhati ekonomi.

Sementara Ilham berharap BMT di masa mendatang tidak hanya fokus pada pengembangan UMKM, tapi juga melirik pengusaha-pengusaha kelas kakap sebagai nasabah. Salah satu kendala minimnya bantuan modal pemkot kepada BMT yang mulai tumbuh di Makasar terkait pertanggungjawaban keuangan.(sur)

Sumber: http://www.tribun-timur.com/read/artikel/75310
Akses tanggal 5 Februari 2010
Selengkapnya >>

Kamis, 04 Februari 2010

Pemkot Makassar Seharusnya Lirik Konsep Ekonomi Kerakyatan

Laporan: Mansur AM. tribuntimurcom@yahoo.com
Rabu, 3 Februari 2010 | 12:13 WITA

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Diskusi ICMI Korwil Sulsel di Warkop Phoenam, Makassar, masuk sesi pertanyaan. Tiga penanya yang tampi meminta komitmen Pemerintah Kota Makassar untuk melirik konsep ekonomi keumatan untuk mengatasi pengangguran di Kota Makassar.

"Selama puluhan tahun, konsep ekonomi yang ditawarkan pemerintah tidak berhasil mengurangi pengangguran. Bagaimana kalau pemkot Makassar mempelopori konsep ekonomi keumatan dengan starting point-nya pemberdayaan masjid sebagai pusat perekonomian," kata guru besar UIN Alauddin, Makassar, Prof Jalaluddin Rahman. Jalal saat ini tercatat sebagai Ketua Badan Pengawas Pusat Inkubasi Bisnis, dan Usaha Kecil (Pinbuk), ICMI Orwil Sulsel.

"Bagaimana kalau kita kembangkan baitul mal di masjid-masjid," kata Jalal. Dua penanya lainnya Sirajuddin Amri dan Mas'ud meminta komitmen pemerintah untuk memaksimalkan pengelolaan zakat dari warga yang beraga Islam.

Diskusi membahas kiat mengatasi pengangguran di Kota Makassar dihadiri empat nara sumber. Masing-masing Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, Presidium ICMI Pusat, Marwah Daud Ibrahim, Prof Dr Basri Hasanuddin (Guru Besar Fakultas Ekonomi Unhas), dan Andi Tamsil (Sekum ICMI Sulsel).

Mantan anggota KPU Makassar, Makbul Halim tampil sebagai moderator. Diskusi disiarkan live di Radio Mercurius Top 104, 3 FM.(*)

Sumber: http://www.tribun-timur.com/read/artikel/75057
Akses tanggal: 4 Feb 2010
Selengkapnya >>

follow me @maqbulhalim